Sabtu, 23 Oktober 2010

"Taufik Hidayat, Terhipnotis Kehidupan Ibu Kota"

CERITA kehidupan Taufik Hidayat setelah masuk pelatnas bulutangkis Cipayung Jakarta, mulai berembus miring. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dengan sikap dia ketika pertama kali menghuni pelatnas tahun 1996. Taufik pertama kali masuk pelatnas masih lugu.  Bisa jadi, apa yang dituturkan tiga guru Opik--panggilan Taufik- semasa duduk di bangku sekolah dasar (dalam tulisan bagian 1) bahwa dia anak pemalu dan pendiam memang benar adanya.

Dua tahun di pelatnas, dia belum begitu dikenal luas dalam percaturan bulutangkis internasional, walau ikut andil membawa Indonesia merebut medali emas beregu di Asian Games 1998. Saat itu, nama dia tenggelam oleh ketenaran seniornya, Haryanto Arbi atau Hendrawan. Nama Taufik Hidayat tiba-tiba mencuat. Itu bukan karena soal prestasi di bidangnya, tapi dia bisa memikat hati petenis putri, Wynne Prakusya, yang saat itu menjadi petenis nomor 1 Indonesia, sebelum Angelique ''Angie'' Widjaja muncul ke permukaan. Singkat cerita, Taufik dan Wynne pacaran.

Ternyata hubungan mereka tidak langgeng. Mereka putus karena perbedaan prinsip. Paling menghebohkan, Wynne mulai ''bernyanyi'' ke media massa bahwa Taufik telah meminjam uang sebesar Rp 40 juta untuk membeli mobil. Wynne sempat menuntut agar uang tersebut dikembalikan. Namun, kelanjutan masalah itu diselesaikan mereka berdua. Walau didera masalah pribadi, ternyata prestasi di bulutangkis tidak terganggu. Dia untuk pertama kali merebut medali emas di multievent SEA Games 1999 Brunei Darussalam nomor perseorangan dan meraih juara Indonesia Terbuka. Prestasi yang cukup bagus karena usia dia saat itu baru 18 tahun.

Seiring dengan perjalanan waktu, Taufik pun mulai mengenal denyut nadi kehidupan malam Kota Jakarta yang bisa merangsang jiwa anak muda untuk ikut hanyut dalam gegap gempita dunia hiburan. Jiwa muda Taufik ternyata tidak menampik kondisi seperti itu. Pergaulan dia makin luas, tidak hanya di lingkungan Pelatnas Cipayung lagi. Ia ditengarai mulai sering mencari hiburan dengan cara datang ke kafe-kafe hingga larut malam untuk melepaskan diri dari kejenuhan, karena di lingkungan pelatnas waktunya habis untuk latihan dan istirahat. Sebenarnya, sebagai manusia normal tidak memiliki masalah bila mencari hiburan pada malam hari. Namun, karena posisi dia sebagai atlet nasional, tentu ada batasan yang tidak boleh dilewati begitu saja.

Sikap dia pun menjadi penuh kontroversial. Ia menjadi sosok fenomenal karena berani mengkritik organisasi PBSI secara lantang ke media massa. Jiwa muda Taufik berontak kalau harus terkungkung dengan aturan ketat di pelatnas, walau sebenarnya hal itu untuk membina sikap disiplin atlet. Karena itu, sudah menjadi rahasia umum bila dia termasuk atlet yang bandel dan sering keluar malam. Sikap beraninya tersebut sebenarnya memiliki risiko. Terbukti, dia mendapat sanksi dari PBSI tidak boleh dua kali ikut turnamen bulu tangkis pada masa kepengurusan Soebagyo H.S. Menjelang Olimpiade 2000 Sidney, nama dia makin meroket melebihi dari prestasi olah raganya. Taufik berpacaran dengan Riafinola Ifari Sari alias Nola, salah satu personel dari kelompok penyanyi ''AB Three''. Taufik pun mulai dikenal lebih luas, tidak terbatas pada kalangan olah raga lagi, tapi masyarakat yang senang menonton berita-berita infotainment.

Saat itu, di mana ada Nola, Taufik selalu mendampinginya. Ia seakan sudah mulai menjadi selebriti karena mulai masuk dunia hiburan. Nola pun bersikap sama. Ketika kekasihnya berjuang di Sidney, dia ikut menyusul ke sana. Bahkan, Taufik sempat marah kepada Pikiran Rakyat karena memberitakan dia keluar dari perkampungan atlet malam hari untuk menemui Nola.  Gagal meraih prestasi di Olimpiade 2000, nama dia tidak tenggelam begitu saja. Bahkan, makin berkibar karena setelah hubungan dengan Nola putus, dia berpacaran dengan artis cantik bintang sinetron, Deswita Maharani. Walau sudah gonta-ganti pacar, dia masih tetap bisa memperlihatkan prestasi bulutangkis. Ia merebut medali emas di Asian Games 2002 Busan Korea. Hubungan dengan Deswita sendiri tampaknya lebih serius. Mereka secara resmi bertunangan. Mereka berdua sudah sepakat untuk melanjutkan hingga jenjang pernikahan, walau belum bersedia menyebutkan kepastian waktunya. ''Yang tahu hanya saya dengan Deswita,' ujar Taufik pada saat penyambutan kedatangan Kontingen Indonesia di ruangan VIP Terminal 1 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Selasa (24/8).

Kehidupan pribadi Taufik terkesan mulai glamour. Kebiasaan mencari hiburan ke kafe pada malam hari untuk sekedar refreshing tak bisa dihilangkan. Kondisi seperti itu, jelas bisa mengganggu persiapan dia karena waktu istirahat menjadi sempit. Tak tanggung-tanggung, sering dianggap indisipliner karena keluar malam, pada tahun 2003, Taufik tidak mau ditangani pelatih pelatnas sekelas Dwi Agus Santoso dan Joko Suprianto. Kebiasaan itu terus berlanjut. Saat pelatnas Olimpiade masih berlangsung atau tiga pekan menjelang keberangkatan ke Athena, Taufik dengan seorang rekannya sesama pelatnas, kepergok wartawan tengah berada di Hard Rock Cafe Plaza EX Jakarta pada acara I Like Monday konser Padi. Padahal, arah jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.35 WIB.



''Terserah orang mau menilai apa kehidupan pribadi saya. Yang terpenting, saya sudah bisa membuktikan prestasi di bulutangkis dengan meraih medali emas di Olimpiade,'' ujar Taufik. Taufik menjelaskan karakter setiap orang berbeda, tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kebiasaan seseorang itu tidak bisa dinilai secara sepintas. ''Saya juga kan tahu waktu. Cuma cari hiburan saja kok,'' belanya.

Sekarang Taufik memang tengah bergelimpang uang. Sebuah rumah di kawasan elite di Bukit Rafflesia Cibubur Jakarta merupakan hasil jerih payah selama menggeluti bulutangkis. Di dalam garasi rumah juga sudah ada mobil mewah BMW warna silver dan Nissan Sport warna merah. Belum lagi sekarang, setelah meraih emas di Olimpiade 2004, dia bakal mendapat bonus dalam bentuk kontan sebesar Rp 1 miliar dari KONI dan rumah seharga Rp 2 miliar dari ketua umum PBSI, Sutiyoso. Bonus itu akan bertambah lagi dari pihak lain termasuk dari Pemprov Jabar. Pelatih Taufik, Mulyo Handoyo mengatakan pribadi Taufik ini cukup ''nyentrik''. Dia orangnya keras, sehingga dalam memberikan pengarahan perlu pendekatan pribadi. Tidak bisa dengan cara keras dan tegas. Begitu juga soal kebiasaan dia keluar malam pergi ke cafe-cafe, Mulyo hanya mengingatkan dia agar tahu waktu.
''Ada batas toleransi waktu. Tapi saya tidak membebaskan dia begitu saja. Kalau kebablasan sampai begadang, saya jelas akan melarangnya,'' ujar Mulyo. Mantan atlet nasional, Ricky Subagja mengakui jiwa muda Taufik sering kurang terkontrol. Kadang Taufik lupa bahwa dirinya seorang atlet nasional dan menjadi tulang punggung bulutangkis Indonesia. Sebagai contoh, kata Ricky, kasus pemukulan pada sopir pribadi Ahmad Kalla. ''Coba kalau sopir itu melawan, kemudian Taufik cedera. Ya, kasarnya kalau tangan kanannya sampai cedera parah, dia mau gimana? Nah dia kadang tidak memikirkan lebih jauh soal akibatnya,'' ujar Ricky. Oleh karena itu, Ricky berpesan agar Taufik bisa lebih dewasa, mampu mengontrol emosinya karena prestasi dia tidak cukup sampai Olimpiade 2004. ''Usia dia masih muda (23 tahun) dan masih berpeluang untuk meraih juara dunia dan kejuaraan bergengsi lainnya seperti All England,'' ingat Ricky.

Ayah Taufik, H. Aries Haris, mengatakan sebenarnya anaknya itu berkelakukan baik. Sepintas orang menyebut Taufik sombong. Tapi kalau sudah dekat, orang akan tahu pribadi dia sebenarnya. ''Kalau menilai jangan hanya dari luarnya saja. Taufik sering ke kafe malam hari, orang langsung memvonis negatif. Kan sudah nggak benar penilaiannya,'' ujar Aries. (pikiran-rakyat.com)

2 komentar:

  1. taufik bagaimana pun kabar yang berhembus tentang kamu aku tak perduli

    yang aku lihat dari kam adalah skill dan prestasi yang kamu raih maju terus taufik

    Allah bless you

    BalasHapus
  2. Huaaaaaaaaaaam -_-
    terharu kk Guuuus :((

    BalasHapus